Profil Desa Susukan

Ketahui informasi secara rinci Desa Susukan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Susukan

Tentang Kami

Desa Susukan di Kecamatan Sumbang, Banyumas, merupakan wilayah bersejarah di tepi Kali Klawing yang memadukan potensi agraris dengan kekayaan arkeologis. Dikenal dengan pertanian subur dan temuan situs purbakala, desa ini menjadi jembatan antara masa lalu

  • Kawasan Arkeologis Penting

    Desa Susukan adalah lokasi penemuan situs-situs purbakala dan fosil bersejarah, menjadikannya kawasan vital bagi penelitian prasejarah di aliran Kali Klawing.

  • Pusat Pertanian Subur

    Berada di dataran rendah yang dialiri Kali Klawing, desa ini memiliki lahan pertanian produktif yang menjadi andalan sektor padi, palawija, dan perikanan darat.

  • Lokasi Strategis di Perbatasan

    Sebagai desa paling utara di Kecamatan Sumbang yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Purbalingga, Susukan memegang peran strategis dalam konektivitas dan interaksi ekonomi antarwilayah.

Pasang Disini

Di ujung utara Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, terbentang sebuah desa yang menjadi saksi bisu perjalanan waktu, dari era purbakala hingga dinamika agraris modern: Desa Susukan. Desa ini bukan sekadar pemukiman di tepi sungai, melainkan sebuah kanvas sejarah di mana fosil-fosil purba ditemukan, menandakan peradaban kuno di aliran Kali Klawing. Dengan luas wilayah 209,25 hektare, Desa Susukan menjadi rumah bagi 3.719 jiwa yang hidup dari kesuburan tanah warisan sungai, sambil menjaga jejak masa lalu yang tak ternilai.

Secara geografis, Desa Susukan memiliki posisi yang unik dan strategis. Sebagai desa paling utara, wilayahnya menjadi gerbang perbatasan antara Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga. Di sebelah utara dan timur, desa ini dibatasi langsung oleh aliran Kali Klawing yang memisahkannya dengan wilayah Purbalingga. Di sisi selatan, berbatasan dengan Desa Silado dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Kotayasa. Lokasinya di dataran rendah yang subur menjadikannya sangat ideal untuk pertanian. Dengan kepadatan penduduk sekitar 1.777 jiwa per kilometer persegi, desa ini memadukan ketenangan pedesaan dengan signifikansi historis yang mendalam. Kode pos untuk Desa Susukan adalah 53183.

Tata Kelola Pemerintahan dan Komitmen pada Pembangunan

Roda pemerintahan Desa Susukan berjalan di bawah kepemimpinan Kepala Desa, dengan visi untuk menyeimbangkan pembangunan infrastruktur modern dengan pelestarian potensi sejarah dan alam. Pemerintah desa secara aktif mengelola program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warganya, yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Struktur pemerintahan yang terorganisir, mencakup 3 Kepala Dusun, 6 Rukun Warga (RW), dan 27 Rukun Tetangga (RT), memastikan bahwa setiap kebijakan pembangunan dan pelayanan publik dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Fokus utama pembangunan di Desa Susukan adalah pada sektor pertanian dan konektivitas. Mengingat lokasinya yang berbatasan langsung dengan kabupaten lain, pemeliharaan jalan dan jembatan menjadi prioritas untuk memperlancar arus barang dan jasa. Pembangunan infrastruktur pertanian seperti pemeliharaan saluran irigasi dan jalan usaha tani juga terus dilakukan untuk mendukung produktivitas petani. "Kami berada di wilayah perbatasan yang subur. Tugas kami adalah memastikan hasil bumi warga mudah diangkut ke pasar dan konektivitas dengan wilayah tetangga selalu terjaga, sambil tidak melupakan bahwa tanah yang kami pijak ini menyimpan sejarah besar," demikian semangat yang diusung dalam perencanaan desa.

Jendela Prasejarah di Tepi Kali Klawing

Keistimewaan utama Desa Susukan yang membedakannya dari desa lain adalah kekayaan arkeologisnya. Tepian dan dasar aliran Kali Klawing yang melintasi desa ini ternyata merupakan sebuah situs purbakala yang kaya akan fosil dan artefak. Selama bertahun-tahun, para peneliti dan warga lokal telah menemukan berbagai peninggalan prasejarah, termasuk fosil gading gajah purba (Stegodon sp.), fosil banteng, dan berbagai artefak batu.

Penemuan-penemuan ini mengindikasikan bahwa lembah Sungai Klawing, termasuk area Desa Susukan, merupakan bagian dari lanskap kehidupan purba jutaan tahun yang lalu. Temuan ini menjadikan Desa Susukan sebagai salah satu titik penting dalam peta penelitian arkeologi dan paleontologi di Indonesia, khususnya untuk memahami kehidupan di era Pleistosen. Bagi warga, sungai bukan hanya sumber air, tetapi juga jendela untuk melihat kehidupan di masa lalu. Potensi ini, jika dikelola dengan baik, dapat dikembangkan menjadi sebuah destinasi wisata edukasi atau museum lapangan yang menarik, bekerja sama dengan lembaga penelitian dan pemerintah daerah.

Pertanian Subur Warisan Sungai

Di luar signifikansi historisnya, kehidupan sehari-hari di Desa Susukan ditopang oleh sektor pertanian yang produktif. Kesuburan tanah aluvial yang diendapkan oleh Kali Klawing selama ribuan tahun menjadi modal utama bagi para petani. Lahan persawahan yang luas menjadi andalan untuk budidaya padi, yang mampu panen beberapa kali dalam setahun berkat ketersediaan air yang melimpah.

Selain padi, para petani juga menanam berbagai jenis palawija seperti jagung, kedelai, dan kacang-kacangan sebagai bagian dari rotasi tanaman untuk menjaga kesehatan tanah. Sektor perikanan darat juga menjadi sumber pendapatan tambahan yang menjanjikan. Banyak warga yang memanfaatkan aliran air sungai atau membuat kolam-kolam untuk budidaya ikan air tawar.

Aktivitas pertanian di Desa Susukan adalah perpaduan antara metode tradisional yang diwariskan turun-temurun dengan sentuhan teknologi modern sederhana. Kelompok-kelompok tani berperan aktif dalam mengadopsi praktik-praktik pertanian yang lebih baik untuk meningkatkan hasil panen dan kesejahteraan anggotanya.

Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat Tepian Sungai

Kehidupan sosial masyarakat Desa Susukan sangat dipengaruhi oleh kedekatannya dengan sungai. Sungai bukan hanya sumber irigasi, tetapi juga ruang interaksi sosial. Semangat kebersamaan dan gotong royong terjalin kuat, terutama dalam kegiatan-kegiatan komunal seperti membersihkan saluran irigasi, memperbaiki jalan desa, atau saat menggelar acara hajatan.

Sebagai masyarakat yang religius, nilai-nilai Islam menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari. Masjid dan musala menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial, tempat warga berkumpul untuk beribadah dan mempererat silaturahmi. Harmoni antara kegiatan keagamaan dan aktivitas pertanian menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang damai dan seimbang.

Asal-Usul Nama Susukan dan Kaitannya dengan Air

Nama "Susukan" memiliki akar yang sangat kuat dalam bahasa Jawa dan Sunda, yang secara harfiah berarti "sungai buatan", "terusan", atau "saluran air/irigasi". Penamaan ini kemungkinan besar merujuk pada kondisi geografis desa di masa lalu yang sangat lekat dengan aktivitas pengelolaan air. Bisa jadi, para pendahulu desa adalah masyarakat yang ahli dalam membuat saluran-saluran irigasi dari Kali Klawing untuk mengairi lahan pertanian mereka.

Nama ini secara langsung mencerminkan identitas desa sebagai komunitas yang hidup dan makmur karena kemampuannya "menyusuk" atau mengalirkan air dari sungai utama ke lahan-lahan mereka. Nama Susukan adalah sebuah penghormatan terhadap kearifan para leluhur dalam menaklukkan dan bersahabat dengan air demi keberlangsungan hidup.

Merajut Masa Depan dari Benang Sejarah dan Kesuburan

Desa Susukan adalah sebuah wilayah dengan dua wajah yang saling melengkapi: wajah masa lalu yang tercermin dari fosil-fosil purba, dan wajah masa kini yang terlihat dari hamparan sawah yang menghijau. Potensi desa ini sangatlah besar dan unik. Tantangan di masa depan adalah bagaimana mensinergikan kedua potensi ini. Di satu sisi, mengembangkan sektor pertanian agar lebih modern dan produktif. Di sisi lain, melindungi dan mempromosikan warisan arkeologisnya sebagai sumber ilmu pengetahuan dan destinasi wisata edukasi.

Dengan kepemimpinan yang visioner, partisipasi aktif masyarakat, dan kolaborasi dengan para ahli, Desa Susukan berpeluang besar untuk menjadi desa agraris yang maju, sekaligus pusat studi prasejarah yang penting, merajut masa depannya dari benang-benang sejarah dan kesuburan yang telah diwariskan alam.